TTM (Tentang Tahta Mahameru)

4 komentar


Bismillah..
 
Menemukannya telah terduduk manis di salah satu sudut kamar dengan masih terbungkus rapi. Kuamati tulisan yang ada di bungkusan cokelat tersebut dan seketika girang tak terkira saat membacanya. Perlahan dan hati-hati kubuka bungkusannya, khawatir membuat kesalahan yang akan merusak apa yang terbungkus di dalamnya. Berhasil membukanya dengan baik dan tralaaaaaaaa sebuah buku yang lebih tepatnya disebut novel berjudul “TAHTA MAHAMERU” yang merupakan sebuah karya darimu..mb Azzura Dayana..

Lama kuamati sampul depannya dengan gradasi warna birunya yang indah sambil tak lupa mengucap hamdalah berulang kali. Pertama kalinya dalam hidup saya hingga detik ini mendapatkan sebuah novel terbaru dari penulisnya langsung lengkap dengan ‘surat cinta’ di dalamnya. Trimakasih tak terhingga kuucapkan padamu mbku yang baik hati, tidak sombong dan rajin menabung (^_^)..mb yana..yang telah bermurah hati dan menyempatkan diri mengirimkannya kepadaku.

Saat itu juga kuputuskan langsung membacanya. Mengabaikan dulu beberapa tugas kuliah di beberapa hari ke depan, toh kepalaku memang sedang butuh kata lain dari sekedar mengerjakan tugas, heheee.. huuuummmmm segera membuka lembar demi lembar, part demi part, dan tak terasa menamatkannya dalam waktu sehari. Inilah yang akan kutuliskan mengenai apa yang telah kubaca itu

 Sangat menikmati novel ini,..mungkin itu yang bisa kukatakan sebagai pembaca. Menikmati suguhan setting tempat yang ada dalam cerita ini yang kesemuanya seolah bisa tergambar jelas di pelupuk mata, mengalir bersama barisan huruf yang terangkai.  Walaupun judulnya tertulis Tahta Mahameru, namun bukan hanya Mahameru itu sendiri yang tercerita di dalamnya. Ada tiga tempat luar biasa yang dimiliki Indonesia yang tertuang dalam cerita ini yaitu Borobudur, Ranu Pane dan Mahamerunya, serta Tanjung Bira yang letaknya di Kab. Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Bagaimana bentuk Borobudur yang serupa teratai dari atas (hal:2), membayangkan sejuknya danau Pane dengan bentuknya yang menyerupai daun telinga, ada semilir angin laut yang khas dari pantai indah yang pasirnya laksana tepung terigu di Bira, dan keindahan-keindahan lainnya yang kutemukan dalam novel ini.

Tidak hanya terkesan dengan setting tempatnya, namun penggabungan antara Indonesia bagian barat dan timur atau mungkin lintas budaya Indonesia barat dan timur yang sangat terasa dengan bahasa para tokoh di dalamnya. Ada Faras dengan aksen jawa tengahnya, ada Mareta yang ber elu-gue dan Aros dengan logat Bira nya yang kental. Semakin sempurna menyeret saya semakin larut dan menghabiskan lembar demi lembar tanpa terasa.

Bukan hanya bercerita mengenai keindahan semata, namun juga berbagi nilai kehidupan dan keyakinan mengenai Sang Pencipta. Tidak selamanya orang yang jahat akan menjadi jahat selamanya karena kehidupan senantiasa menawarkan jalan untuk menemukan kebaikan. Itu yang kusimpulkan dari tokoh Ikhsan yang dengan petualangan dan perenungannya akhirnya menemukan nilai kebaikan itu. Dibantu oleh orang terbaik yang dihadirkan dalam kehidupannya yaitu Fikri dan Faras. Mereka menggambarkan bagaimana sebuah ikatan persaudaraan/persahabatan/ukhuwah tidak hanya sebatas kata namun menjadi makna yang mungkin tidak harus tertulis dalam kata.

Menjadi haru saat cerita mulai melibatkan sosok Ando’ dan Ambe’. Saat  Ando’ membuatkan teh saat Ikhsan dan Aros berkunjung menemui Ambe’. Bagaimana seorang Ando’ yang sudah cukup tua tetap berusaha menjamu tamu dari anaknya. Seolah bisa membayangkan adegan percakapan itu, melihat ibu yang sudah cukup tua dengan perlahan meletakkan gelas berisi minuman untuk disuguhkan -seketika ingat ibuuuu sendiri..hiks- dan saat Ambe’ bersama Ikhsan menyaksikan pelepasan pinisi. Gaya bercerita yang bisa membuat saya seolah membayangkan rangkaian huruf-huruf itu terjadi di depan mata saya. 

 “Saya jatuh hati pada masyarakat Bugis, Ambe’. Jatuh hati melihat karakter ulung mereka. Jatuh hati pada butta panrita lopi ini. Kekuatan dan keindahan menyatu di sini. Rasanya saya mendapatkan hal-hal berharga
Jatuh hati tidak selalu harus terjadi pada hubungan dua anak manusia, antara pria dan wanita, namun ada jenis jatuh hati lain yang rupanya ditemukan Ikhsan dalam potongan kisah di dalam novel ini dan itu indaaahh..

Menemukan sedikit kebingungan saat Ikhsan berdialog dengan pak Arman mengenai pembuatan pinisi. Ikhsan memanggil pak Arman dengan sebutan Ambe’. Sepengetahuan saya, sebutan Ambe’ biasanya digunakan untuk memanggil bapak/ayah, untuk posisi pak Arman biasanya dengan sebutan puang. 

Puas dibawa berselancar secara imajinasi mengagumi Bira, kita dibawa beralih ke Ranu Pane. Bahkan pada part 27 memang dituliskan dari Makassar hingga Ranu Pane. Mengagumi penggambaran danau Pane hingga pendakian ke Semeru untuk mencapai puncak Mahameru. Tergambar cukup detail bagaimana jika pendakian dilakukan untuk mencapai Mahameru. Saya yang belum pernah memiliki pengalaman pendakian sebagaimana Faras dan kawan-kawannya, ikut deg-degan sepanjang pendakian yang mereka lakukan.  Kembali nilai kehidupan dituliskan di sini saat Faras tengah memandangi Ranu Kombolo di hadapannya, dan dari belakang Ikhsan mengatakan “Aku tidak pernah berniat menaklukkan gunung. Mendaki gunung hanyalah bagian kecil dari pengabdian pengabdianku kepada Yang Maha Kuasa!”. Segala sesuatu yang kita lakukan memang sudah seharusnya semata-mata karenaNya..

Ahhh tak mampu lagi menulis lebih banyak, itulah sedikit kesan yang bisa kuceritakan dengan sederhana setelah membaca Tahta Mahameru. Jika ada sebuah lagu berjudul “Antara Anyer dan Jakarta”, maka dalam novel ini kukatakan antara “Borobudur-Tanjung Bira (Bulukumba,Makassar)-Ranu Pane&Mahamerunya”. Mengekplorasi ketiga tempat tersebut dengan kisah tokoh-tokoh yang tidak kalah menariknya.



NB:
Tulisan ini lahir karena mendapat PR dari yang 'empu'nya karya #Lirik mb Yana. Cuma bisa nulis kaya’ gini,..ntah ini sesuai dengan PR yang diberikan atau belum. Jadi mohon maaf dan pemakluman atasnya yaaa.. :)

Pesan Cinta mama’ku

3 komentar

Bismillah,..

Anakku! Aku hadir di tidurmu tuk mengingatkan bahwa keindahan hidup adalah ketika kita mensyukuri apa yang kita peroleh, ketika kita bisa tersenyum di saat cobaan datang, ketika kita bisa memaafkan walau sangat menyakitkan, ketika kita tetap peduli di saat orang lain lengah. Hidup yang indah bukan di saat semua impian terwujud, tetapi keindahannya terletak pada ketulusan hati menjalaninya, karena itu jangan melihat akhir dari suatu impian, tapi renungkanlah proses pencapaiannya..subhanallah.. 

sebuah ‘pesan cinta’ dari mama’ku yang kuterima hampir tengah malam kemarin saat mata telah hampir terpejam yang kemudian tertunda untuk terpejam karena membaca pesan cinta itu. menyeruak rasa heran, gelisah, penasaran, terharu, dan segudang rasa-rasa lainnya tatkala pesan itu tuntas kubaca. Sangat jarang mama’ku mengirimkan pesan cinta seperti itu bahkan ini yang pertama kali seingatku. Bukan karena mama’ku yang tidak cinta kepada anaknya jika hal itu harus diukur dengan pesan semacam itu, karena yakinku..mama’ku selalu mengirimkan pesan itu melalui doa-doa yang membubung ke langit. Maka jika mendapat pesan yang tidak biasanya seperti itu tentu banyak tanda Tanya yang hadir ke dalam kepala. Ada apa dengan mama’ku di sana hingga menghadirkan pesan cinta itu kepada anak-anaknya. Apakah ada sesak rindu yang coba dihadirkan oleh beliau? Adakah sepi menyeruak dalam relung hati beliau? Ahhhh mama’,…kucoba menebak resah hati yang kau rasa, mungkin tengah merindu anak-anakmu,.merindu yang sangat,.

Kuputuskan untuk tidak membalas pesan itu saat itu juga, karena takut mengganggu istkampus dengan segala rupa rasa-rasa yang jika diramu bisa menjadi nano-nano..letih..lelah..kepala brasa ngebul.. Akhirnya berhasil memenuhi janji diri semalam untuk menelpon mama’.

Mencoba meraba resah..rindu..khawatir..sepi..gelisah..yang mungkin tengah kau rasa ma’. Seperti itu juga sesungguhnya kurasakan di sini, walau terkadang tersimpan rapi di balik kesibukan dan akan menyeruak tatkala sepi menemani.

Maafkan jika anakmu ini terlalu sibuk dengan diri dan dunianya hingga terlihat ‘lupa’ dengan kalian,.. sungguh tak pernah ada kata itu dalam hati dan kepala anakmu ini. Karena sesungguhnya saya berada di sini, di tempat ini karena ingin membahagiakan kalian, ingin memenuhi harapan kalian, ingin melihat senyum menghiasi wajah kalian dan ingin memberi yang terbaik untuk kalian.

Sayang mama’-bapak, kakak-ade’…dan kan selalu ada ruang rindu untuk kalian..

“Allahummaghfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira.”



*Menulisnya ditemani hujan dan alunan nasyid ini…*
Satu Rindu
Hujan teringatkan aku
Tentang satu rindu
Dimasa yang lalu
Saat mimpi masih indah bersamamu

Terbayang satu wajah
Penuh cinta penuh kasih
Terbayang satu wajah
Penuh dengan kehangatan
Kau ibu Oh ibu

Alloh izinkanlah aku
Bahagiakan dia
Meski dia telah jauh
Biarkanlah aku
Berarti untuk dirinya
oh ibu oh ibu kau ibu

Terbayang satu wajah
Penuh cinta penuh kasih
Terbayang satu wajah
Penuh dengan kehangatan
Kau ibu

Terbayang satu wajah
Penuh cinta penuh kasih
Terbayang satu wajah
Penuh dengan kehangatan
Kau ibu oh ibu kau ibu
oh ibu oh ibu

Hujan teringatkan aku
Tentang satu rindu
Dimasa yang lalu
Saat mimpi masih indah bersamamu
Kau ibu kau ibu kau ibu

Album : Semesta Bertasbih
Munsyid : Opick Feat Amanda

Jika Merindu Itu

2 komentar

Ukhuwah adalah engkau mencintai saudarimu seperti engkau mencintai dirimu sendiri,.
Ukhuwah bukanlah pelangi yang indah hanya dalam sekejap pandangan,..
Ukhuwah bukanlah matahari yang menerangi hanya setengah hari dari waktu kita,.
Ukhuwah tidak hanya bertemu untuk berpisah,.
Ukhuwah tidak hanya sebatas menanyakan kabar saudari seiman,.
Tapi ukhuwah adalah ikatan hati yang melekat dalam diri takkan ada putusnya, walau jarak dan waktu terbentang seluas samudra dan akan senantiasa ada dalam jiwa pemiliknya,.
Rindu berjumpa dengannya
Uhibbukifillah,..


Kalimat yang pada akhirnya kupilih untuk kukirimkan dalam sebuah pesan singkat ke beberapa orang yang kehadirannya menjadi begitu kurindukan sore ini,. Di sebuah sore yang lelah sepulang kuliah dengan jadwal yang cukup padat yang menyisakan letih danepada bayangan orang-orang yang telah hadir berbagi warna kehidupan denganku. Mengingat sosok itu satu persatu sanggup membuat perasaan haru dengan rasa rindu yang semakin terangkai jelas,.. merindukan mereka,..

Mereka,..yang keberadaannya saat ini hanya bisa kutemukan dalam sebuah bingkai indah bernama ‘kenangan’ dengan berbagai warna yang telah mereka torehkan,.. yang saat saya berada di masa sekarang ini barulah merasakan bagaimana sebuah ikatan itu terjalin tanpa saya sadari,. Sebuah ikatan hati atas nama sebuah persaudaraan karena Allah,. Yang kadang keberadaan mereka tergerus waktu dan teralihkan oleh banyaknya kesibukan namun saat hati tengah merintih merindu maka ada sudut-sudut hati yang memuarakan nama mereka.

Ada kalanya menjadi sangat merindukan saat-saat berada di tengah mereka,.. dahulu,.. seperti sore ini. Ingin rasanya berada di salah satu hari yang hanya ada saya dan mereka, memaknai secara mendalam apa yang telah kami rasakan ini sebelum tiba saat seperti sekarang, dimana jarak dan waktu terbentang seluas samudra dan kehadiran mereka serasa menjadi mustahil untuk kurasakan..

Tak lama setelah pesan itu kukirim, ada beberapa balasan pesan yang kuterima. Aahhh saudariku fillah, maafkan jika diri ini terkesan hanya menyimpan sedikit ruang di kepala untuk mengingati kalian, namun yakinlah selalu ada ruang yang tersedia di hati untuk senantiasa mengingati kalian dalam barisan doa yang terlayangkan ke atas langit yang mampu menembus jarak dan waktu pun itu seluas samudra..

Sungguh saya begitu merindukan kebersamaan bersama kalian, menyusuri hari di sebuah tempat bernama kampus,. beristirahat sejenak di sebuah tempat mungil bernama ‘sekret’ saat jeda kuliah,. berkumpul dalam sebuah lingkaran kecil di salah satu hari dari hari-hari yang kita miliki untuk mencharge ruhiyah-ruhiyah kita,. dan masih banyak kebersamaan lain yang jika kutuliskan akan menggulirkan air mata disertai sesak yang membuncah karena merindu kehadiran kalian.

Mungkin akan kutemukan kisah lain di kota ini, ntah akan seindah apa.. Menikmati kenangan bersama kalian selalu bisa membuahkan sebuah kesyukuran terbesar, betapa Allah menyayangi kita dengan semua cerita indah yang telah Ia berikan untuk kita miliki,..

Uhibbukifillah yaa ukh,.





Salahkah Jika Merasa Iri Kepadamu???

4 komentar


Yakinlah,..semua yang Allah takdirkan untuk kita adalah yang terbaik,..
Meski yang terbaik tak selalu jadi yang terindah dalam pandangan kita,..

Berkali-kali kudengungkan kalimat itu dalam kepalaku, berharap dengan cara itu ia akan masuk ke dalam sanubari dan menenangkan hati yang tengah berkecamuk. Iyyaa berkecamuk karena iri kepadamu kawan, yang telah menapakkan kakinya di sebuah alur baru dalam hidupmu yang sebentar lagi akan menjadi sempurnalah kau menapakinya. Alur yang kedatangannya beberapa waktu belakangan pun sungguh amat kunantikan kehadirannya, namun hingga kini masih sebatas angan yang belum mampu kugapai. Ahhhh dirimuuu….sungguh ingin pula hati merasakan itu kawan,.. sudikah berbagi sedikit rasa itu kepadaku,.. tapi dengan cara apa??? Ahhhh kembali kutepis harap yanrcampur bulir harap akan anganku..

Buatlah kesabaran ini menjadi indah dan kuatkan dalam menempuh kesabaran tersebut. Sesungguhnya tiada sebaik-baik penolong melainkan sabar dan shalat.. hanya kepadaMu Rabb,..yang mengetahui segala isi hati hambaNya yang pertolongannya begitu dekat; sedekat urat leher seorang hamba..

Kembali kuulangkan ‘mantra’ tersebut,.
Yakinlah,..semua yang Allah takdirkan untuk kita adalah yang terbaik,..
Meski yang terbaik tak selalu jadi yang terindah dalam pandangan kita,..

Miy_Chan Pulang Kampung :D

1 komentar

Bismillah,..

Sungguh lama tak menegok blogku,. Maafkan akuuuh,.. ternyata dunia nyata melenakanku beberapa waktu belakangan sejak tersibukkan dengan UAS semester kemarin. Sebagai penutup rasa bersalah atas kelalaian menelantarkan blog ini makaaa kali ini saya datang membawa segudang cerita,. Cerita atas apa yang kulalui semenjak ‘terlena’ di dunia nyata.

Selepas UAS kemarin ituu seketika berlanjut ke urusan yang paling disenangi oleh kami –para anak rantau– yaituu M.U.D.I.K. manusia mana yang tidak senang dengan kelima huruf itu??? Apalagi selepas ujian semester yang cukup menguras fikiran, tenaga, dan lain sebagainya yang dianggap terkuras asal jangan nguras bak mandi yaah :P
Bertemu orangtua dan sodara-sodari jelas bisa ‘menumpas’ segala kepenatan rutinitas kampus dan kuliah, maka seperti itulah keadaanku kemarin. Ditambah liburan kemarin bertepatan dengan nikahan kakakku yang pertama dan juga utama maka semakin excited lah saya menyambut mudik kali ini. Dua hari selepas ujian terakhir adalah jadwal kepulangan saya ke Tanah Anging Mammiri daaan dua hari itu pula terasa terhabiskan memenuhi request-an orang-orang rumah yang menitip ini itu untuk dibawa pulang,. hhhhhmmmmmpppp cukup melelahkan tapiii juga menyenangkan karena di sela-sela hunting barang ini-itu saya sudah membayangkan sudah seramai apa rumah saya jika nanti saya tlah tiba di sana mengingat kakak saya yang akan nikahan itu. Serasa jiwa sudah di rumah meninggalkan raga yang masih di Bandung,.heeeee

Dua hari kemudian pun saya tlah berada di rumah,..tiba di Makassar pukul 03.30 dini hari. Otw ke rumah dari bandara Sultan Hasanuddin, disambut jalanan yang sepi dari rutinitas kendaraan,. Daaaan inilah Makassar yang suhu hangatnya kadang begitu kurindukan jika terkungkung oleh dinginnya Bandung, dialek khasnya yang kadang ingin kukeluarkan tapiii tidak jika di Bandung karena bisa kupastikan orang-orang yang mendengar akan tersenyum lucu atau keheranan, daan warung makan yang masih buka dengan jenis masakan khasnya mulai dari coto Makassar, pallu basa, es pisang ijo, sop konro, sop sodara, daan sederet jenis makanan lainnya. hhhhmmmmmm mulai terasaaa sensasinya punya kampung halaman J

Tak perlu menunggu terlalu lama untuk menjadi sibuk saat telah berada di rumah, karena semenjak tiba pada dini hari itu saya sudah kebagian pekerjaan di area ‘abu-abu’. Mengapa area abu-abu??? Karena pekerjaannya abu-abu,.. kadang jadi divisi transportasi bersama adikku yang cowo’ mengurus ini-itu, membeli ini-itu, kadang jadi reminder bagi mama’ku yang sering lupa akan hal-hal yang sudah harus disiapkan, kadang jadi partner bapakku melakukan sesuatu, jadi ‘suruhan’ kakak ku melakukan ini-itu daan berbagai job lainnya. Sekarang semuanya terasa menyenangkaan untuk sering kuingat dan kuulang-ulang dalam memori di kepalaku  walaupun pada hari itu mungkin yang ada terasa melehkan.

Acara nikahan kakak hari itu sangat kental dengan adat bugisnya. Apalagi ini adalah acara nikahan yang pertama di keluargaku makanya setiap orang terlihat excited terlebih orangtuaku. Ingin kuceritakan seperti apa jalannya sebuah pernikahan dengan menggunakan adat Bugis namun belum bisa di kesempatan kali ini karena saya sedang terlilit banyak tugas *Alhamdulillah bukan terlilit hutang* hehehehe…. Menulis ini pun di sela-sela waktu mencari bahan tugas di perpus, mumet karena yang dicari tak kunjung datang maka kupilihlah untuk berlari sejenak ke sini. Selain acara nikahan kakak, selama berada di Makassar pun menyempatkan diri bertemu beberapa kawan dekat,. Mulai dari teman seangkatan, adik tingkat, teman SMA hingga teman yang baru aja punya baby.. ingin kukatakan pada mereka,..tararengkyuu atas kesediaan kalian datang ke rumah dan menginap melepas rindu bersamaku, atas waktu yang kalian sediakan untuk digangguin olehku, daaan semangkuk es pisang ijo ituu ^^
Benar-benar memanfaatkan waktu selama berada di zona ternyaman,..

aaaarrrrrgggghhh pada akhirnya semua kenyamanan itu harus ditutup dengan keharusan untuk kembali memenuhi amanat orangtua,. Kembali bergelut dengan rutinitas kampus dan kuliah,. Kembali menjadi anak kosan,. Kembali dalam status mahasiswi,. Ahad, 5 Februari 2012 dengan flight pukul 13.10 WITA membawa diri kembali ke Bandung meninggalkan Makassar jauuuh di belakang,………………………

biar kurasa pedih ini agar kutahu bagaimana merinduimu
biar kurasa berat langkah ini meninggalkanmu
agar kelak menghargai saat langkah kaki berada di tanahmu..
biar usai sejenak bahagia ini bersamamu
karena kelak,.ku tahuu engkau masih menungguiku untuk menatap kotamu..

Temanku,...Dulu,...

8 komentar

Tasengiro kapang pinra pappojikku lao ri idi,
ta lao temmapesabbi limbang tasi malowang
apakah kamu mengira bahwa rasa sukaku kepadamu menjadi berubah
kamu pergi tanpa pamit melintasi lautan yang luas

Bismillah,..
Kalimat itu kubaca sore kemarin dari seorang temanku,..duluu,.. kutanyakan maksudnya apa dan dia membalasnya “idi’mi tu missengi’ ndi”. Maka kuurungkan niat untuk bertanya lebih lanjut khawatir pertanyaan dan jawaban itu akan semakin mengarah pada hal yang tidak kuharapkan. Serta merta ingatan berputar ke beberapa tahun yang telah lalu di masa-masa awal menjejakkan kaki di sebuah tempat bernama kampus.

Seingatku, di awal semester saya dan teman ini tak ada yang berbeda dengan saat saya bersama teman-teman yang lain. Berkumpul bersama di kelas menunggu dosen, bercerita mengenai apapun mulai dari hobi, asal daerah, sampai masa-masa SMA yang baru saja terlewati. Saya kurang ingat awalnya seperti apa sampai kami akhirnya sering pulang bareng, pulang barengnya dalam artian jalan bersama –dengan teman-teman yang lain juga- dari ruang kuliah yang letaknya agak di belakang sampe ke jalan raya tempat kami menunggu pete’-pete’ (sebutan angkot jika di Makassar) untuk pulang ke rumah masing-masing. Pulang bersamanya sebatas itu saja karena arah rumah kami berbeda hingga angkot yang kami naiki juga berbeda. Tak jarang jika saya masih ada urusan dengan dosen maka tanpa  saya meminta pun dia selalu menunggui saya hingga urusan saya selesai dan kami pulang bersama yang ini kadang hanya saya dan dia karena teman yang lain sering pulang duluan. Maka pernah di suatu sore setelah selesai kuliah, kami mampir ke warung depan kampus membeli minum dan tanpa sengaja bertemu teman yang berbeda jurusan. Melihat kami berdua spontan dikatakannya ‘yaaaah *menyebutkan nama saya*, itu pacar kamu yaaah????’ reaksi saya pertama? Salah tingkah laah kemudian tertawa ndak jelas kemudian berkata tegas ‘bukan, dia teman saya’. ia yang baru saja selesai membayar minumannya bertanya, ‘ada apa?’ kujawab saja ‘itu tadi teman saya nanya apa kamu pacar saya? lantas kujawab saja bukan, kamu itu temanku. Bahkan kamu kurasa seperti adikku’ kukatakan sambil mengucek rambutnya sedikit. Ia hanya tersenyum.

Begitulah kami melewati masa-masa awal menjadi mahasiswa, sering kuingatkan mengenai jadwal dan tugas-tugas kuliah, tapi bukan hanya ke dia hampir ke seluruh teman sekelas saya juga melakukan hal yang sama. Mungkin karena peralihan dari masa SMA yang serba jelas ke masa transisi menjadi mahasiswa masih sering terjadi teman saya lupa jadwal kuliah, ruangannya dimana, dosennya siapa dan tugasnya apa saja. Maka hampir selama menjadi mahasiswa saya menjadi reminder bagi mereka karena mungkin saya menjadi terbiasa dengan jabatan baru tersebut dan kelas terasa lebih terstruktur dengan cara demikian. Mendekati masa-masa PPL kemudian KKN maka seolah berhentilah jabatan tersebut kujalani tanpa SK pemberhentian sebagaimana awalnya jabatan tersebut kujalani pun tanpa SK pengangkatan. Hal tersebut di kemudian hari menjadi salah satu hal yang kurindukan,.. jabatan sebagai reminder bagi teman-temanku,..

Kembali pada temanku tadi,.. sejauh pada waktu itu yaa semuanya berjalan baik, masuk kuliah rajin walau kadang sering telat padahal semalam udah diingetin. Tugas tak pernah alpa walau kadang suka kocar kacir dulu, nilai juga lumayanlah karena ditunjang dengan kedua hal tadi. Pernah di suatu kesempatan saat pulang selepas kuliah kukatakan, “kamu lucu,.. selalu bisa membuat orang lain termasuk saya tertawa ntah dengan sesuatu yang benar-benar lucu atau karena gayamu saat menyampaikan hal yang sesungguhnya tidak lucu”. Dijawabnya “oh yaa??? Saya lucu??? Tapi jangan samakan saya dengan badut karena saya tidak ingin dibayar untuk menjadi lucu atau membuat orang lain tertawa”. Suara hehehe dariku menutup pembicaraan singkat kala itu.

Memasuki tahun kedua, saya mulai belajar sesuatu yang bernama “organisasi”, masuk ke dalamnya secara perlahan sambil memulai sesuatu baru lainnya yaitu “menuntut ilmu dien”. Ketiga hal tersebut: kuliah, organisasi, ngaji sangat kunikmati dan serius insyaAllah melakukannya. Naaah karena adanya penambahan rutinitas itu maka saya dan teman itupun mulai jarang pulang bersama karena selepas kuliah saya mulai ada kegiatan, jarang berkumpul berbincang dengan teman saat menunggu dosen, dan beberapa hal lainnya yang mau tak mau saya belajar menggunakan skala prioritas. Semakin hari mulai terasa ada yang aneh seiring dengan ilmu yang saya dapatkan pula di tempat ngaji. Maka suatu hari saya merenung lama, rasanya apa yang saya lakukan selama ini ‘sedikit’ berlebihan khususnya kepada teman laki-laki saya khususnya di teman tadi. Maka kuputuskan untuk bersikap sebagaimana batas-batas seharusnya, menghindari kesempatan untuk pulang bersama, mengingatkan hal-hal seputar kuliah saja tidak boleh keluar dari area itu dan mengurangi kesempatan untuk terlalu akrab dengan teman lelaki lainnya.

Tidak lama atas perubahan haluan tersebut sepertinya si teman mulai merasa ada yang berbeda dengan saya. beberapa kali menanyakan ada apa, kujawab singkat dan jelas dengan kata tak ada. Tapi sepertinya melalui pengamatannya ia bisa memahami apa yang membuat saya menurutnya ‘berubah’. Meihat saya disibukkan dengan belajar berorganisasi dan belajar agama secara lebih intens, sepertinya ia bisa menyimpulkan sendiri. Maka dari situ kami mulai menemukan kesibukan kami masing-masing, saya dengan apa yang kini kujalani, dia dengan apa yang dijalaninya. Bisa kulihat ia telah menemukan teman-teman baru dan gaya pertemanan baru, sedikit banyak mulai terlihat ketidak hadiran pada beberapa mata kuliah, tugas yang tidak masuk, nilai yang mulai menurun. Pernah suatu ketika mungkin di akhir semester karena prihatin dengan semua penurunan yang dialaminya, kutanyakanlah “kenapa semuanya terlihat berantakan?”, dijawabnya “karena kamu tidak lagi perduli padaku”. Kaget tiada terkira dengan jawaban semacam itu, kuputuskan untuk tidak melanjutkan ke sms selanjutnya. Berusaha tidak perduli karena kurasa bukan karena saya penyebabnya tapi karena dia sendiri yang tidak ingin melakukan hal terbaik untuk dirinya. Kelanjutannya suatu hari kakaknya menghubungi saya dan menanyakan ada apa dengan adiknya, kelihatan jauh lebih malas dan sering uring-uringan jika berada di rumah. Kusampaikan sejauh mana hal yang kuketahui dan patut diketahui oleh kakaknya.

Berlepas dari itu semua, waktu terus digulirkan oleh Sang Pemilik Waktu. Tahun demi tahun kulewati tanpa merubah keputusan yang dulu telah kusepakati dengan diriku sendiri. Selepas hal-hal itu pula si teman mulai dijodoh-jodohkan *jenis permainan tidak jelas dikalangan manusia khususnya remaja* dengan salah satu teman sekelas saya. Apa yang terjadi denganku??? Tak ada… biasa saja, malah kuanggap rasa ‘aneh’ yang dulu itu hanya hipotesis ku saja dan hal tersebut semakin memantapkan langkah saya dengan apa yang selama ini kulewati. Saya semakin tersibukkan dengan hal-hal yang telah saya katakan di atas yang akhirnya keseriusan saya berkuliah membuahkan hasil di akhir jabatan sebagai mahasiswa. Karena pada saat wisuda Alhamdulillah bisa menjadi MapRes tingkat jurusan dan Fakultas. Man Jadda Wa jada.. J

Di suatu semester akhirnya si teman pun terumumkan sedang berpacaran dengan seorang senior saya (heran juga sih awalnya, soalnya dijodoh-jodohkan ke siapaa pacarannya ke siapaa),.. hmmm kadang kaum pria suka aneh. Setelah itu saya tidak lagi mengikuti perkembangan yang terjadi di kalangan teman-teman karena pada akhirnya kami mulai tersibukkan dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang mengharuskan kita mempraktekkan apa yang selama ini kita peroleh selama di bangku kuliah dalam kurun waktu 2 bulan di sebuah sekolah yang telah ditentukan. Berhubung jurusan saya adalah Pendidikan Luar Biasa maka kami PPLnya yaa di sekolah Luar Biasa (SLB). Tempat saya waktu itu adalah SLB Neg. Pembina TK. Provinsi Sulawesi-Selatan, salah satu SLB Negeri yang ada di Makassar.

Selepas PPL, tak berapa lama program Kuliah Kerja Nyata (KKN) sudah di depan mata. Ini adalah mata kuliah terakhir sebelum bertemu dengan skripsweet alias skripsi. Naaah pada masa pengurusan KKN ini, intensitas bertemu teman seangkatan kembali meningkat apalagi selama 2 bulan jarang bertemu seolah ada rasa ‘rindu’ yang menuntut untuk dituntaskan. Bertemu teman kembali, tertawa bersama di bawah pohon, kesana-kemari tak tentu arah karena kami tidak lagi terikat dengan ruang kuliah. Hmmmmm sweet momet ^^

Naaah di masa-masa itulah saya pun sering bertemu dengan si teman,.. phisicly tak ada yang berubah dan di awal-awal pertemuan selepas PPL itu merasa canggung untuk bertukar sapa ataupun tersenyum. Namun tidak berlangsung lama karena pada saat menjelang pemberangkatan KKN, di suatu hari saat kami diberi pengarahan atau pembekalan sebelum berangkat ke daerah masing-masing si teman sempat membuka pembicaraan.
Si teman: “bagaimana, sudah siap ber KKN?”,
kujawab “insyaAllah”
Si teman: “oh yaaa hati-hatilah, apalagi baru kali ini kamu berada jauh dari orangtuamu. Kata orang-orang, biasanya sepulang KKN ada yang berubah lho, maka jilbab yang kau gunakan berangkat nanti, usahakan adalah jilbab yang sama yang kau gunakan pulang nanti. Untuk menandakan bahwa tidak ada yang berubah”
saya: melongo oneng!!!!!!!!!!!!!

Hari-hari menjelang keberangkatan tentu dipenuhi dengan persiapan menuju daerah yang telah ditentukan tersebut. Saat itu saya ditempatkan di sebuah kabupaten bernama Pinrang. Di sebuah pagi, sebuah sms masuk ke inbox ku dengan nama si teman tertera di layar. Isi sms tersebut adalah “uddani ka ri idi’”. Cuma tertawa konyol dan kubiarkan saja seperti itu, takut melakukan hal yang salah.

Mmmmmmm kupersingkat cerita, karena untuk masa KKN ada tempat dan masa tersendiri untuk bercerita tentang tiga huruf tersebut. Dengan si teman???? Kembali digulirkan waktu baik saya maupun si teman.

Hmmmm ceritanya dah kepanjangan niih kurasa, pada akhirnya sampailah kalimat kemarin sore itu yang kemudian kutuangkan di sini dan mengorek sedikit cerita tentang si teman. Entah apa maksud ini semua,.. yaaaah seperti itulah sedikit cerita tentang si teman. Kesimpulan akhirnya kuserahkan pada para pembaca sekalian sajaah :D


Minjem ke Mr. Gugel

Translate Bugis-Indonesia:
idi’mi tu missengi’ ndi = hanya kamu yang tahu itu de’
uddani ka ri idi’ = saya merindukan kamu

Tidak Seharusnya 'Ikatan' Itu Menyakiti

8 komentar

Yaaah,..tidak seharusnya ikatan itu menyakitkan. Karna ia bukan ikatan di kakimu yang akan menghalangi gerak langkahmu, bukan pula ikatan di tanganmu hingga membuatku kesulitan menggapai apa yau inginkan, terlebih bukan ikatan di lehermu yang membuatku tercekik, tak mampu bernafas dan lebih parah adalah membuatmu mati. Ia adalah ikatan pertemanan,… ikatan yang seharusnya tidak menyakitimu, bahkan sebaliknya seharusnya membuat hari-harimu penuh warna.

Ikatan pertemanan bagiku bukan sesuatu yang biasa bukan pula terlalu luar biasa karena masih ada ikatan yang lebih di atas ikatan pertemanan,..yaitu ikatan ukhuwah,..yang kesemuanya seharusnya tidak akan menyakitimu.
Tak ingin menganggapnya biasa, tak juga luar biasa. Tidak memperlakukannya secara biasa, tidak juga luar biasa, karena yang kuakui sebagai ikatan luar biasa adalah ikatan antara Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan shahabat-shahabatnya, ikatan yang tak tertandingi di bumi manusia.

Bagiku ikatan pertemanan itu memiliki kadarnya masing-masing, bukan berarti ada pembeda antara teman yang ini dan yang itu namun hatimu lebih tahu kemana ia merasa nyaman membicarakan hal-hal tertentu. Yaaah karena kita berteman dengan hati bukan sekedar dengan lisan. Maka wajar bagiku jika setiap teman memiliki ruangnya masing-masing di hati, ukuran dan tempatnya mungkin bisa berbeda tapi kuyakinkan bahwa kita tetap adalah teman yang akan memperlakukan secara baik satu sama lain, saling membantu, saling mendukung,.

Tak jarang dalam pertemanan pun bukan hanya yang manis saja yang akan kau cicipi, karna tak jarang asam, masam hingga pahitnya harus kau kecap karna itulah rasa keseluruhan dari sebuah pertemanan. Jika hati ini kadang meringis saat menemukan pahit itu maka yakinlah masih ada rasa manis lain yang terserak yang menunggumu. Jangan biarkan itu membuatmu semakin memperkecil ukuran ruangannya di hatimu.
Jika di suatu saat kau menemukan dirimu menjadi obyek candaan temanmu yang mungkin bagi mereka itu hanyalah sekedar candaan, bersenang-senang menurut mereka,.. sabarkanlah hatimu karena mungkin mereka sedang tidak bisa memposisikan diri jika berada di posisimu. Padahal kita semua memiliki rasa yang sama, mencari kenyamanan. Kembali lagi karena kita berteman dengan hati maka sekali lagi sabarkanlah hatimu.

Lantas jangan tanyakan mengenai apa itu sahabat,.. karena bagiku menyandingkan kata sahabat pada seseorang bukanlah hal mudah. Terlalu dini jika kukatakan kau adalah sahabatku karena hingga kini pun saya masih bergelut dengan diriku bagaimana berteman melalui hati, bukan sekedar melalui lisan. Karena kau tahu??? Berteman melalui hati itu sulit apalagi menyandingkan kata sahabat pada nama seseorang di antara teman-temanmu.

Berteman itu tidak menyakiti, seperti yang melingkar di kaki, tangan maupun lehermu yang membuatmu kesakitan. Tidak menyakiti melalui sikap dan tindakan, terlebih melalui kata. Karena bagiku, lebih menyakitkan jika itu berasal dari kata yang engkau ucapkan, itu akan langsung masuk ke telinga, tersimpan dalam memori dan menembus hingga ke hati.

(nasihat untuk diri sendiri, menata ulang pertemanan ini).